Di Kampusku yang Kutunggu, Kutunggu (Tada yang Lain)

Dokumen Pribadi.

Senja terus menua. Bintang bermunculan. Burung hantu bersahutan. Tikus berdecit secara lirih. Belalang merayap ke tepi. Itu suasana kampus daerah Malang Raya pada era 2000an.

Saat ini, suasana tersebut jarang terjadi. Di kampus saya, pembangunan terjadi dimana-mana. Pohon-pohon mulai ditebangi. Lahan dipersempit. Tak ada rumput.

Jangankan rumput, ruang untuk berdiskusi saja hampir tak ada. Lebih banyak ruang untuk seni. Tapi zaman berubah cepat. Mungkin karena kampus saya harus mengikuti perkembangan zaman, makanya ruang diskusi diganti ruang seni. Ya biar nyeni bos.

Sebagai kampus dengan mahasiswa terbanyak di Indonesia, Universitas Brawijaya menjadi universitas yang benar-benar melaksanakan amanat UUD 1945 pasal 30 dan 31. UB membuka peluang besar bagi lulusan SMA untuk melanjutkan kuliah. UB benar-benar menjadi teladan bagi seluruh kampus di Indonesia.

Kaleyan tahu? Setiap tahunnya UB menerima 15ribu mahasiswa. Banyak kan? Ya wajar dong. Brawijaya itu Raja. Bukan Patih. Selain besar namanya, Brawijaya juga harus gemuk jumlah mahasiswanya. Sekali lagi saya tegasken. Raja Brawijaya.

Tak hanya itu. UB mengakomodasi apapun kebutuhan mahasiswa. Seperti parkir motor contohnya. Dengan bertambahnya jumlah mahasiswa maka kebutuhan lahan parkir dan gedung kian dibutuhkan. Lapangan rumput dipugar untuk menjadi lahan parkir. Begitu pula dengan lapangan sepakbola. Dipugar demi pembangunan salah satu gedung.

Ada yang lebih hebat lagi. Sekarang, semua kantin sudah terpusat dan dikelola oleh UB. Ini berita baik. Mahasiswa akan diberi asupan berkalori tinggi dan tentunya sangat higienis. Bandingkan dengan yang dulu. Dikelola tak jelas. Hanya masuk kepada pedagangnya saja. UB tak dapat apa-apa. Makanya dengan terpusat maka dana cadangan UB kian meningkat.

Ingat UB adalah enterpreneurship university. Jadi wajar dong, kalo UB melakukan hal yang berguna..

Ada yang lebih keren lagi. Salah satu fakultasnya telah memiliki masjid. Ini berita penuh hidayah. Jadi jika adzan zuhur berbunyi yang tentunya terdengar syahdu di dalam fakuktas maka segala aktivitas apapun dihentikan. Tak perlu pemberitahun selembar kertas untuk jadwal istirahat. Bagi yang muslim langsung melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Baik pegawai maupun mahasiswa.

Begitu pula dengan sholat Jum’at. Mahasiswa tak perlu repot-repot lagi mencari masjid. Toh, di fakultasnya sudah tersedia masjid. Besar pula. Kalo ga cukup pun bisa menempati tangga-tanga yang cukup buat satu manusia. Atau ruang kelas. Bagaimana kalo liburan kampus? Apakah ada sholat jumat di fakutas tersebut? Kalo boleh saya mengucap lirik maka saya akan mengucap “Rocker juga Manusia, Imam dan muazin masjid juga Manusia makanya mereka butuh istirahat. Kesimpulannya? Ya, libur bos.

Oh ya, beberapa minggu yang lalu ada kejadian heboh di salah satu fakultas. Apa itu? Di salah satu sudut fakultasnya, terpampang logo PKI. Itu lho, Palu dan Arit. Tulisannya, Awas Bahaya Laten FPI. Eh, maaf typo. PKI maksud saya. Selain itu ada tulisan, Bungkam Poligami. Duh, maaf lagi-lagi typo. Elgibiti maksud saya.

Itu benar-benar hebat. Saya sangat mendukungnya. PKI memang benar-benar bahaya. Tahu kan, Wahyu Setiaji si pemimpin PKI era 2016? Sumber A1 menyebutkan bahwa dirinya telah mendapatkan 13 juta pengikut. Hiy, mengerikan!. Apalagi Elgibiti, sudah menyeruak bahkan membuncah hingga membentuk pelangi. Duh lebih menyeramkan lagi. Hiiiy.

Makanya benar, fakultas itu gerak cepat dan segera memberikan pengumuman berupa poster. Sebelum paham macam itu melesat di pikiran mahasiswa, poster-poster seperti itu harus segera disebar. Gunanya mengantisipasi pemikiran-pemikiran yang melenceng. Benar-benar sigap dan cekatan. Set set wet lah pokoknya.

Sebenarnya masih banyak lagi yang harus diberitahu kepada khalayak. Tapi lebih baik jangan. Kaleyan harus tetap penasaran. Karena yang penasaran itu lebih nikmat untuk dibayangkan. Loh? Emang bener kan?

Yasudah saya mau kasih saran yang membangun. Masak cuma kritik yang dibangun. Jadi begini, jika ada sanak saudara, tetangga, teman, kawan, sahabat, kerabat dan semacamnya, ajaklah mereka ke kampus saya. Jangan hanya sekedar menengok, melihat, dan menilisik. Tapi rasakan sensasinya!!

Niscaya, kaleyan termasuk orang-orang yang beruntung dan penuh hidayah. Makanya gabunglah bersama kampus kami.

Join UB be de wes, wes se wes se wes bablas angine!! Salam Kriyet.

(NB: Maaf ya teman-teman. Saya malah menulis apa yang seharusnya tidak ditulis. Didiskualifikasi saja ya tulisannya. Terlalu membanggakan kampusnya sendiri. Sampai lupa kan harusnya mengkritisi Patih GM. Tapi ya gimana, wong si GM saja sudah diberi slogan kampus kerakyatan. Jadi apa lagi yang harus dikritisi? Sudah merakyat sahabat. Kecuali GM yang itu.)

One thought on “Di Kampusku yang Kutunggu, Kutunggu (Tada yang Lain)

Leave a comment