Selasa untuk Angela

Saya belum pernah bertemu dengannya. Apalagi mengobrol. Namun saya hanya tahu namanya dari kegiatan bulan blogging yang diadakan teman-teman Kajian Budaya Media. Namanya Angela Frenzia Betyarini. Saya gak tau nama panggilannya. Mungkin Angel (baca dalam bahasa Jawa) atau Angel (baca dalam bahasa Inggris). Yang pasti dara asal Palembang ini akan saya panggil Mbak jika saya sudah berkenalan dengannya. Karena lulusan Sastra Indonesia dari Sanata Dharma ini lebih tua dari saya 3 tahun. CMIIW.

Ketika saya membaca blognya, pikiran saya melayang ke Nawal El Sadawy atau Fatima Mernissi. Terutama pada tulisan Kuliah Malam di Gang Basah dan Stigma. Tulisan yang bercerita soal perempuan. Perempuan yang kerap dianggap sebelah mata oleh lelaki. Kalo menurutnya, perempuan itu justru lebih tangguh. Bahkan lebih berguna daripada lelaki.

Namun di sisi lain, saya tertarik tentang penjaga tak kasat mata. Menurut saya, hal tersebut pengalaman unik. Saya juga pernah mengalami hal yang sama seperti Angela. Melihat makhluk astral. Tapi bedanya saya tidak sampai mengalami kejadian pingsan.

Kadang orang meragukan kebenaran makhluk astral. Orang harus membuktikan kebenaran dan keberadaan makhluk astral dengan melihatnya secara langsung. Seperti yang dialami pujangga KBM. Abdul Hair.

Kemudian tulisan tentang pemakan bunga. Wah ini luar biasa Angela. Karena Angela melakukannya sebelum praktek memakan bunga mulai menjadi hitz di kalangan netizen. Namanya fans edible flowers. Saya pernah memakan bunga. Bunga kol. Tapi kalo melati dan sepersusuannya, saya belum pernah. Dan (mungkin) saya akan mencobanya setelah membaca tulisan tersebut.

Dan menurut saya, tulisan-tulisan yang dihasilkan lewat jemarinya layak diikuti. Mungkin baginya, menulis adalah menari dalam bentuk aksara.

3 thoughts on “Selasa untuk Angela

Leave a comment