Gubeng, Fiorentina, dan Puthut EA

Boleh percaya atau tidak, ini adalah hasil pertemuan singkat saya dengan Puthut EA pada sabtu malam di Angkringan Mojok. Jika anda berkenan, silakan disimak tulisan ini.

Hujan tak kunjung berhenti di hari Sabtu. Kami yang merupakan bagian dari kelas menulis Mojok diminta untuk segera ke Angkringan Mojok selepas maghrib. Kami dijanjikan oleh Cak Rusdi Mathari untuk bertemu dengan salah seorang penulis yang menghasilkan banyak karya di Indonesia. Puthut EA.

Tiba di Angkringan Mojok pukul setengah 7 malam. Angkringan tersebut menyediakan cukup kursi dan meja. Namun, yang menggambarkan jika angkringan Mojok adalah benar-benar angkringan maka adanya gerobak angkringan tepat di depan pintu masuk.  Angkringan ini bersanding dengan kedai [Miko]Minum Kopi. Jika anda perhatikan seksama, ada 8 macam pesan yang terdeskripsikan melalui tulisan yang berhestek #ndasma di sekeliling angkringan Mojok. Salah satu yang cukup menggelikan dari pesan tersebut seperti “Singing lagu bikin senang, Ngising lega bikin tenang.”

Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah datang. Ia datang menggunakan motor matik bersama anak semata wayangnya, Kali. Istrinya datang menggunakan mobil merah yang ditempatkan di seberang Angkringan Mojok. Puthut EA menggunakan kaos abu-abu yang dibalut dengan sweater yang berwarna serupa dan dipadu dengan celana pendek coklat di atas lutut. Ia datang, ambil beberapa makanan dan duduk diantara peserta.

Jam 8 tepat acara dimulai. Puthut duduk menghadap ke arah barat. Puthut duduk bersila di atas kursi dan kemudian memesan segelas kopi. Sesekali, Kali datang dan merengek kepada bapaknya. Saya hanya tertawa kecil melihat kehangatan antara bapak dan anak. Ketika Puthut sedang memperbaiki posisi duduknya, saya bertanya “Mengapa Puthut EA menyukai Stasiun Gubeng”. Musik, makanan, dan tidur. 3 hal yang bisa ia rasakan dari Stasiun Gubeng Surabaya. Menurutnya, zaman dulu suasana stasiun Gubeng sangat enak. Ketika dirinya datang maka ia disambut alunan musik keroncong dan makanan yang berjejer di sudut-sudut stasiun. Ia suka menyendiri bahkan tidur di stasiun Gubeng. Selain itu, ia memiliki ikatan historis dengan Surabaya karena disanalah basis LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) berada. Organisasi yang mana Puthut EA belajar tentang politik dan organisasi.

Publik harus tahu. Pernyataan yang mencengangkan dari Puthut EA adalah soal AS Roma. Sejatinya, ia bukan penggemar AS Roma, melainkan Fiorentina. Lebih-lebih ia menyukai dengan bomber yang dimiliki Fiorentina yaitu Gabriel Omar Batistuta. Ia menyukai Batistuta karena dua hal. Batistuta adalah orang yang tidak suka sepakbola dan pembaca sastra yang baik. Sejak Batistuta pindah ke AS Roma, baru ia sepenuh hati fanatik terhadap AS Roma. Bahkan ia berani mendaku bahwa Puthut EA memiliki otoritas untuk menjadi suporter yang baik.

Pertanyaan selanjutnya adalah berkisar tentang perkembangan Jogja dan rencana pensiun di umur 40 tahun. Ia menjelaskan dengan antusias dan semangat. Berungkali baik tangan kanan maupun kiri digoyangkan ke arah depan. Seakan ingin menegaskan pernyataannya. Ia ingin mencetak orang-orang yang tertib akan 3 hal yaitu administrasi, manajemen dan kepemimpinan.  Menurutnya, ia harus memberikan kesempatan kepada orang baru karena itu adalah tugas sosial.

Tak terasa waktu satu setengah jam telah dilalui. Tak ada pembukaan maka tak ada penutupan. Ada beberapa teman yang bergegas pulang karena hujan telah reda. Beberapa teman masih duduk disitu sembari ngobrol dengan Puthut EA dan lainnya. Dalam sesi tanya jawab yang berlangsung satu setengah jam, Puthut EA hanya menghabiskan 3 batang rokok. Satu Dji Sam Soe dan 2 Djarum Super.

Leave a comment