Hail Indomie

Indomie adalah penemuan spektakuler abad 20. Setidaknya kalimat pertama adalah kalimat yang akan disetujui oleh masyarakat Indonesia termasuk kamu. Tak ada masyarakat Indonesia yang menyangkal bahwa Indomie merupakan makanan konsumsi utama setelah nasi.

Saya suka makan indomie. Baik digoreng maupun direbus. Baik indomie tante (tanpa telur) rebus/goreng ataupun dengan telur. Dan saya suka indomie rasa apa saja. Tapi favorit saya adalah indomie goreng rasa rendang. Sedap. Endang bambang gulindang.

Cara masyarakat menikmati Indomie bermacam-macam. Ada yang sesuai prosedur seperti yang tertera dalam bungkus Indomie. Ada pula yang dikremes layaknya Anak Mas. Dan ada pula yang lagi ngehits di kalangan anak muda yaitu dimasak menggunakan penanak nasi. Ditambahkan susu dan keju. Dan jadilah Indomie Carbonara ala-ala warung pasta.

Dan jangan salah. Indomie merupakan makanan utama di Nigeria. Negara asalnya Jay-Jay Okocha dan Nwankwo Kanu. Ekspor paling besar pun ke negara-negara Afrika.

Cuman yang jadi pertanyaan adalah Mengapa penjual indomie rebus/goreng lebih enak dalam membuat serta menyajikan daripada kita yang membuatnya ? Pertanyaan tersebut banyak terlintas di lini masa. Terutama akhir-akhir ini.

Saya juga belum menemukan jawaban yang pasti. Tapi yang jelas, rasa lapar ketika anda di warung atau di rumah adalah hal yang berbeda. Coba bayangkan. Saya ga tau kenapa. Ya pokoknya berbeda.

Kalo mendengar ‘Slurrp’ saat orang menyantap seutas indomie di warung adalah sesuatu yang dag dig dug. Bikin lidah ingin bergoyang dengan indomie.

Tapi kalo di rumah berbeda. Tak ada hasrat ingin menyantap sedemikian rupa. Toh kalo pun kita menyantap di rumah, kebanyakan makan sendiri. Jadi ndak bisa pamer juga. Wong kita menikmati sendiri.

Ah, sudahlah. Tak perlu ada teori dan analisis berlebih untuk meneliti Indomie. Wong ini juga cuma status. Kalo soal selera dan rasa, mungkin kita berbeda. Tapi kalo soal rasa lapar di tengah malam, kita satu asa. Asa untuk menyantap Indomie. Hail Indomie !!!

Leave a comment