Satu Hari bersama Anak 90an

“Ooo janjiku takkan kulepas selamanya”
Suara dari Armand Maulana mengalun cukup kencang saat saya sedang merapikan baju merah putih. Sembari membereskan pakaian, saya juga menyiapkan pensil 2B, beberapa Tazos, dan gelang karet. Semua saya jadikan satu bersama desgrep (kotak pensil; perlu kamu ketahui bahwa itu adalah bahasa jogja).

Setelah semua siap, tak lupa saya memenuhi tas kesayangan dengan snack berupa anak mas dan permen Yupi berbentuk pizza dan burger. Oh iya, tak ketinggalan sisir kesayangan wajib dibawa. Demi rapinya rambut agar tidak terbelah ke pinggir kanan, kiri, atau bahkan acak-acakan. Belah tengah adalah kunci.

Berangkat pake angkot kuning cukup bayar 250 rupiah. Sesampainya di sekolah langsung cium tangan ibu dan bapak guru sebelum masuk kelas. Bagi saya, kelas terasa selalu membosankan. Beruntung saya dan teman-teman selalu menyiapkan kertas kosong dengan jumlah cukup banyak. Tak lupa menyiapkan aneka bolpoin dan pensil.

Saat guru menyuruh kita mengerjakan tugas, kita justru asyik bermain dengan kertas dan bolpoin tersebut. Salah satu teman menggambar semacam sirkuit pada kertas. Kemudian kita memegang bolpoin jagoan. Nah saat itulah bunyi cethak cethik layaknya orang menikmati balapan MotoGP atau FI tersaji di meja persegi panjang.

Permainan tersebut kita lakukan sampai menjelang bel akhir sekolah. Pasca pulang sekolah, kami tak langsung menuju rumah masing-masing. Melainkan menuju lapangan untuk bermain bola. Terik panas yang menyengat selalu kami acuhkan demi bermain bola plastik.

Kami tak bermain bola seperti pertandingan bola pada umumnya melainkan bermain Semarangan. Ya, semarangan. Ini pertandingan yang dimainkan oleh dengan jumlah ganjil. Satu menjadi penjaga gawang. Kemudian yang lain membentuk dua tim. Setiap tim berisi 2-4 orang. Tugas setiap tim cukup mudah. Mencetak gol ke gawang. Mirip 3 on 3 basket, tapi hanya menggunakan satu gawang.

Adzan magrib berkumandang. Mitos wewe gombel kadang bergentayangan kadang mengusik benak kita. Tapi kita tetap bermain bola sampai satu hal. Ember berisi air kemudian dilemparkan ke lapangan. Seketika itu juga kami langsung kabur dan lari terbirit-birit.

Saat malam tiba, kami disuruh mengerjakan pekerjaan rumah. LKS macam ultra dan buku-buku penerbit Erlangga selalu ditumpuk di meja. Sembari makan biting, kami sigap untuk mengerjakan PR yang selalu dianggap senonoh. Tak lupa menyiapkan kaset dan pensil. Untuk apa? Memasukkan pensil ke salah satu lubang kaset untuk kemudian diputar menjadi SIDE A.

Dan masukkan kaset ke radio dan terdengarlah sebuah lagu yang cukup melegenda.

“Bersenang-senanglah karena hari ini yang kan kita rindukan, di hari nanti Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan”

2 thoughts on “Satu Hari bersama Anak 90an

  1. orangbaikbaik says:

    Mod, saya mau komentar, album ke-2 Sheila on 7 dengan judul Kisah Klasik Untuk Masa Depan itu rilis September 2000 dengan single pertama “Bila Kau Tak di Sampingku”, sementara single “Sebuah Kisah Klasik” sendiri baru dikeluarkan medio 2001, jadi seharusnya sudah masuk 2000-an, hoho

    Like

Leave a reply to orangbaikbaik Cancel reply