Merenda Tawa bersama Clara

Perjalanan ke Bandung adalah salah satu perjalanan yang tak terlupakan.Disana saya bertemu dengan orang-orang baru dengan semangat baru pula. Disana saya juga saling bertukar cerita dengan teman-teman baru saya. Teman-teman baru yang saya maksud adalah teman istri saya yakni sekumpulan putri yang pernah bermukim di Pondok Pesantren Gontor, sehingga mereka memiliki ikatan kebersamaan selama lebih dari 7 tahun. Mereka menyebut geng mereka dengan Clearesta atau Clara. Belakangan disebut juga Clara Forever, sesuai dengan nama yang ada di grup Whatsapp mereka.

Acara jalan-jalan ke Bandung sejatinya tak pernah terpikirkan di benak saya. Soalnya, saya dan Novia (yang kini telah menjadi istri saya) hanya ingin menghadiri pernikahan Teh Nipong dan Kang Amal di Padalarang (semua mahal jika diartikan ke bahasa jawa). Alkisah, kang Amal dan teh Nipong adalah pasangan yang telah bergelut di ranah asmara selama kurang lebih 2 tahun. Alhamdulillah kini mereka telah sah menjadi pasangan suami istri. Selamat Menikmati …. Hehehe

Jalan-jalan ke Bandung disponsori oleh tim Reisa Garage yang terdiri dari Abraham “Keenan” Hahijary dan Reisa bukan Adriani. Tak lupa kami (maksudnya saya dan Novia) ikut menemani perjalanan dari Jogja ke Bandung. Eh, Tak lupa kita juga ditemani oleh Hiday day dayatus Sholichah yang rela melakukan perjalanan dari Surabaya kemudian singgah di Jogja dan dilanjutkan ke Bandung. Kita melakukan perjalanan dari Jogja-Bandung selama 12 jam. Itu termasuk transit sejenak sebanyak 3x untuk leyeh-leyeh.

Sesampainya di Bandung, kita rehat sejenak di sebuah penginapan sembari menanti timbulnya matahari. Alhamdulillah, kita bangun di waktu yang tepat. Nyubuh, mandi, keramas, gosok gigi dan secepat kilat segera memakai pakaian yang telah disiapkan sejak dari Jogja. Saya pakai baju favorit warna ijo, Aham memakai kemeja putih, dan tiga srikandi (Novia, Reisa, dan Hiday) mengenakan brukat warna peach. Mungkin maksudnya biar dikira Charlie Angels. Meskipun belum sarapan, kita langsung tancap gas ke tempat pernikahan teh Nipong dan Kang Amal di Wisma Ciremai Padalarang.

Ketika tiba di wisma ciremai, acara sedang berlangsung. Saya dan Aham segera ambil posisi untuk melihat bagaimana “tegang”nya Kang Amal di hadapan penghulu. Sebelumnya, saya dikenalkan oleh Novia kepada dua sahabat Clara yaitu Dwiyanti “Setiana Dewi” atau biasa dipanggil Uwie dan Tasiah Nasirah atau biasa dipanggil Ci’a atau Lala (mungkin temennya Dipsy atau Po). Memang unik teman-teman Clara. Nama aslinya siapa, dipanggilnya siapa. Mungkin dengan sapaan tersebut, mereka terlihat lebih akrab.

Ucapan kata SAH yang telah diucapkan penghulu mampu melegakan Kang Amal. Seketika itu juga Teh Nipong keluar dari persembunyian untuk segera bertemu Kang Amal. Acara penuh haru biru. Mulai dari cipokan Kang Amal ke dahi Teh Nipong, hingga tangisan dari bapak ibu kepada kedua mempelai. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan tradisi setempat. Tari-tarian dengan seloroh sedikit jahil dan nakal dipraktikkan kedua penari. Tak lupa prosesi suap nasi tumpeng, lempar permen, hingga gigitan ayam dari kedua mempelai mampu menyedot animo pengunjung hingga ratusan orang.

Ketika prosesi telah usai, nah, sahabat Clara yang lain mulai berdatangan. Dengan menggunakan taksi biru, munculah mami AgusTina – “Toon”, si bongsor Rani”ke Koesherawati”, si mungil Isti “Shidqia” dan sang biduan Renny “Ting-Ting”. Selang beberapa menit kemudian, datanglah sepasang kekasih yaitu Mas Nunuk “Yasser” Arafat dan ibu pejabat Anne “Diah Pitaloka”. Nah, kalo sahabat-sahabat Clara sudah berkumpul, itu tandanya para lelaki lebih baik pindah posisi dan menyantap kudapan-kudapan yang telah disediakan.

Hampir 3 jam lamanya, sahabat-sahabat Clara berkumpul, bersenda gurau dan saling tukar cerita tentang kisah-kisah ma’had. Terlebih mereka setidaknya berswafoto/selfie hampir di setiap sudut ruangan di wisma ciremai. Menjelang acara selesai, kami disuguhkan penampilan epic dari duo penyanyi ngetop yaitu Isti “Shidqia” dan Renny “Ting-Ting”. Acara ditutup dengan penampilan dari mbak penyanyi (lupa namanya) yang menyanyikan lagu Sambalado. Sejatinya, kami ingin membawa zuppa yang terlampau enak. Namun apa daya mengingat pepatah “berhentilah sebelum kenyang dan makanlah sebelum lapar” maka, kami urungkan niat tersebut.

IMG-20160417-WA0002

Clara Forever

Kemudian kami diajak ke tempat oleh-oleh yaitu Kartika Sari. Ruamenya ruarrr biasa. Mungkin karena hari minggu. Setelah itu, kami beralih ke tempat ngopi di daerah perkotaan Bandung. Nama tempatnya “Ngopi Dulu” (Tempat yang pas buat kamu untuk melepas penat dan mengerjakan tugas). Mengingat waktu yang sedikit, kami bergegas mengantarkan Rani dan Ci’a ke stasiun Bandung.

Nah, disinilah tragedi terjadi. Bisikan-bisikan “Malaikat” dari Reisa, Novia, Saya, Aham, dan Hiday membuat Ci’a plin-plan. Dilema antara ingin liburan di Bandung atau bertugas sebagai dokter yang dicitrakan baik di Jogja. Sampai di stasiun, Ci’a masih juga bingung. Namun akhirnya, setelah kegalalauan yang cukup lama, ia memutuskan untuk menukar tiketnya jadi besok malam dengan jam dan kereta yang serupa. Di saat kami akan balik, voila! muncul Uwie yang ternyata dia kehabisan tiket kereta. Jaket yang sempat tertinggal memaksa Uwie untuk balik esok siang. Akhirnya Ci’a dan Uwie ikut ke rombongan untuk beranjak ke tempat berikutnya.

Selepas isya, kami diajak Mas Nunuk untuk meluncur ke Punclut dimana kami akan santap makan malam. Sekilas tempat tersebut mirip Bukit Bintang Jogjakarta atau Payung Malang, namun bedanya terletak pada makanannya. Lalapan dengan aneka macam dedaunan yang wangi ditambah pula sambal pedasnya yang memekakkan telinga dan membuat lidah sempoyongan. Teh hangat, alunan musik jalanan, dan dinginnya Punclut menambah syahdunya pertemuan sahabat Clara pada Minggu malam.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 malam. Kami harus segera istirahat. Kami berpisah dengan rombongan Mas Nunuk, Anne, Tina, Rani, Renny, dan Isti. Cia menemukan gubuk penginapan di daerah Ciumbeuleuit. Lumayan untuk tempat peristirahatan. Setidaknya istirahat malam tersebut lebih panjang daripada hari kemarin. Saya dan istri bergegas tidur. Begitu pula dengan Aham. Akan tetapi tidak bagi Reisa, Hiday, Uwie, dan Lala. Mereka sanggup ngobrol sampai menjelang waktu setan berkeliaran.

Pukul 05.00 pagi, semua awak telah bangun. Luar biasa!. Saya kira perjalanan selanjutnya akan telat. Novia, Hiday, dan Cia bergegas untuk mencari sarapan. Eh, lha kok ternyata sebagian dari mereka hanya bangun kemudian minum air putih dan lanjut tidur lagi. Saya juga ikut tidur lagi. Hehehe. Akhirnya kami semua benar-benar bangun pukul 09.30 pagi. Aktivitas mandi dan sarapan segera dilakukan. Setelah menimbang dan berdiskusi maka perjalanan selanjutnya adalah Float Market dan Farm House di Lembang.

Perjalanan dari tempat penginapan menuju float market cukup dekat. Setidaknya hanya dibutuhkan waktu selama 20 menit. Sesampainya disana kami disuguhkan pemandangan yang cukup apik. Guratan langit yang cerah dan hamparan seperti danau buatan tersaji pada tatapan kami. Sejuk, teduh, dan syahdu. 3 kata itu cukup menggambarkan bagaimana kesan kami saat bertandang ke float market Lembang. Terdapat banyak titik-titik buat berfoto maupun berswafoto di daerah tersebut.

IMG-20160417-WA0003

Kunjungan Clara Forever ke Float Market Lembang

Kami santai sejenak di daerah pemberhentian makanan dan minuman. Uwie, salah satu sahabat Clara sekali lagi harus membatalkan dan memindahkan jadwal travel menjadi malam hari. Hal ini disebabkan rayuan dari Hiday dan Cia yang mengajaknya pulang bareng di waktu bersamaan. Setelah berulangkali menelpon akhirnya Uwie mendapat travel jam 7 malam. Alhamdulillah. Dua jam lamanya bersantai di daerah tersebut. Kami memutuskan untuk pindah ke area farmhouse yang letaknya hanya beberapa ratus meter saja dari float market.

Saya pikir hari senin adalah hari yang cukup sepi karena banyak masyarakat yang pergi bekerja. Namun kenyataannya tidak untuk di farm house Lembang. Parkiran penuh. Kerumunan orang menumpuk di loket. bagaimana tidak? Harga tiket cukup terjangkau. Anda hanya membayar 25rb maka anda gratis parkir, tiket masuk, dan mendapatkan fasilitas antara minum susu atau makan sosis. Wah, harga tiket sebanding dengan tempat-tempat yang dikunjungi. Menurut saya, desain baik eksterior maupun interior sangatlah baik.

Ada rumah-rumah hobbit seperti yang terdapat pada film The Hobbit, gembok cinta tempat anda menancapkan janji, dining house yang cukup cozy, dan tempat penangkaran hewan seperti burung dan domba.

Nah, sebelum kami mengahiri tour farm house kami, ada kisah lucu. Jadi waktu itu, Novia bersama saya sedang mengamati domba-domba yang kebetulan sedang diliput oleh Trans 7 bersama seorang presenter. Nah, entah ide jahil darimana, rasanya saya ingin mengajak teman-teman yang sudah berada di luar untuk melihat domba-domba ber-pampers yang menjadi pemandangan novia saat itu. Seketika saya menghampiri aham dan teman2 Clara yang di luar sembari agak tergopoh “itu lho novia foto sama Reza Rahadian”, tak disangka, dalam hitungan detik Reisa, C’ia, hiday, dan Uwie berlari kencang ke area tempat novia menikmati pemandangannya. Dan ternyata…. Zonk!!!!!. HAHAHAHA. Hanya domba-domba dan seorang presenter yang kita semua tidak tahu namanya siapa. HEHEHE.

Menginjak pukul 16.30, kami beralih lagi ke tempat tujuan terakhir yaitu Trans Studio. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika anda sedang jalan-jalan ke Bandung. Sayangnya, waktu yang kami punya tidak berbanding lurus dengan kebutuhan liburan kami, maka kami hanya lewat dan kemudian masuk ke pusat perbelanjaan. Well, kami cari tempat makan terdekat karena perut sudah berbunyi. Nah, waktu menunjukkan pukul 18.00. Itu artinya kami harus mengantarkan ketiga teman yaitu Uwie, Ci’a dan Hiday. Namun apa yang terjadi  ?

Lagi dan lagi, Ci’a kembali bingung dengan keputusan mau berangkat naik kereta atau ikut di mobil. Berulang kali dia masih bingung sampai tak sadar bahwa stasiun yang dia tuju sudah terlewatkan. Bandung semakin macet. Sedangkan Uwie harus tiba di tempat pemberhentian jam 19.00. Rute yang harus dilalui mengantarkan Hiday kemudian Uwie. Jalannya berkelok dan hanya mengandalkan GPS. Namun, kredit khusus pantas disematkan kepada Boss Aham. Komat-kamit yang keluar dari sahabat-sahabat Clara berupa Shalawat Nabi mampu memberikan resep yang mujarab. Hiday berhasil diantarkan dan Uwie berhasil dipulangkan. Sukses!.

Akhirnya Ci’a terpaksa ikut ke rombongan kami. Aham dan Reisa di depan. Saya, Novia dan Ci’a berada dibelakangnya. Jalanan di tol untuk menembus Jawa Tengah cukup jauh. Hujan super deras dan suasana gelap disertai kondisi jalan licin menambah suramnya perjalanan pulang. Bukannya berdoa untuk keselamatan, malah Ci’a memberikan ‘warna’ dalam mobil yaitu Cerita Horror (kemudian kami mengerti, inilah hikmah ci’a ikut kembali dengan mobil kami).

Cerita yang gelap, suram, dan kelam. Kisah-kisahnya saat menjadi dokter di berbagai rumah sakit menjadikan suasana  disekitar kita lebih dingin dan mencekam. Cerita ci’a seputar anak yang terlahir sungsang, tersesat di kamar mayat, berinteraksi dengan jenazah, dll. Novia dan Reisa menambahkan cerita dengan plot yang lebih ngeri. berbekal khazanah tontonan flm-horror-Thailand-mereka, yaitu; wanita yang selingkuh dengan suami orang kemudian mati dengan mengenaskan. Matinya perempuan tersebut diakibatkan roh istri dari suami tersebut merasuk ke tubuh perempuan tersebut. Saya pun tak mau kalah. Saya menceritakan bagaimana teman saya diculik oleh Mbak Kunti sewaktu saya dan teman saya mengikuti turnamen futsal di Surabaya.

Namun dari semua itu, kisah Aham yang lebih heroik. ia mengaku ditelepon oleh orang yang telah meninggal dan cap tangan ‘anak kecil’ di mobil. Bodohnya cap tangan tersebut ternyata melekat di mobil yang kita tumpangi. Ci’a teriak cukup keras, kaki-kaki Novia langsung beralih ke pangkuan saya, Reisa pura-pura tertidur namun saya dan Aham justru tertawa terbahak-bahak.

Alhamdulillah, walaupun banyak cerita-cerita horror sepanjang perjalanan namun kami semua selamat sampai Jogjakarta. Kami semua tiba di Jogjakarta pukul 05.30 pagi. Perjalanan selama 3 hari membuat saya sangat terhibur. Apalagi dengan karakter-karakter unik dari sahabat-sahabat Clara. Sampai jumpa di lain kesempatan. Jangan lupa mendengarkan lagu “Ingatlah Hari Ini “ dari lagu Project Pop untuk mengenang kisah-kisah di Bandung.

IMG-20160417-WA0004

Papah Moddie dan Bunda Novia

One thought on “Merenda Tawa bersama Clara

Leave a comment